Hanya Untuk Kalian
Oleh : Rizkia Meutia Putri
Seperti hari-hari Minggu biasanya, aku terbangun dan segera membantu ibuku membereskan rumah, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci hingga membuat sarapan. Namun aku pagi ini bangun agak sedikit kesiangan. Karena aku masih sangat lelah setelah semalam aku dan teman-temanku pergi ke pasar malam hingga larut. Tidak seperti biasanya karena baru kali itu aku pergi hingga pulang larut malam.
Ini bermula ketika kami (anak-anak OSIS) akan kehilangan salah satu saudara terbaik kami. Semua menangis dan meninggalkan luka yang amat mendalam saat mengetahui bahwa Angel akan pindah sekolah mulai lusa. Kami terhenyak karena tidak ada seorangpun dari kami yang mengetahui proses pemindahan Angel ke sekolah lain sehingga kami tidak dapat berbuat apa-apa untuknya. Dia sebelumnya memang pernah bercerita kepadaku bahwa ia akan dipindahkan sekolah oleh kedua orang tuanya karena setelah pengumuman proses penjurusan di sekolah kami, ternyata Angel tidak diterima di jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Walaupun begitu ia sudah menerima keputusan dengan keberadaannya yang telah dipastikan di jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Namun semua itu memang sudah ada firasat yang tidak menyenangkan ketika Pak Yanto, orang tua Angel mengambil ledger saat itu yang tampak sangat tidak terima atas keputusan bahwa Angel tidak masuk ke dalam jurusan yang sangat diinginkan oleh orang tuanya. Ayah Angel terlihat sangat kecewa. Keadaan di dalam ruangan yang sepi saat itu karena Pak Yanto adalah orang tua yang terakhir mengambil ledger sangat mendukung suasana untuk berbincang-bincang oleh wali kelas kami dengan suara yang keras bercampur kekesalan dan emosi yang tidak terkontrol. Aku dan teman-temanku hanya dapat sekedar mengintip sambil mendengarkan pembicaraan Pak Yanto dan Bu Giani. Saat itu yang sempat kami dengar adalah Angel yang terlalu mencintai organisasi, sehingga ia tidak dapat memprioritaskan dan membagi waktunya untuk belajar. Dan itu mebuat nilai-nilainya jatuh.
Ada beberapa inti pembicaraan yang sempat tertangkap oleh kami, salah satunya yaitu Angel diopinikan yang tidak baik seperti sering ada dispensasi yang membuat ia meninggalkan ruangan dan tidak memperhatikan saat guru menerangkan. Padahal kami sebagai teman yang selalu ada bersamanya di kelas, itu sama-sekali tidak benar! Wali kelas kami hanya bertemu seminggu sekali saat ada jam pelajaran ia dikelas. Ia pasti tidak mengetahui semuanya. Sekali lagi, itu tidak benar!
Suasana hati Pak Yanto yang sedang berkecamuk emosi, sangat mudah terpancing oleh provokasi yang dilakukan oleh wali kelas kami membuatnya semakin menggebu-gebu dan bersikeras untuk memindahkan Angel ke sekolah lain untuk mendapatkan jurusan IPA. Namun setelah beberapa hari setelah itu, keadaan sudah mulai stabil. Demi mencapai harapan orang tuanya, Angel berusaha untuk mencari orang dari jurusan IPA yang ingin pindah ke jurusan IPS. Hari berganti hari berbagai upaya telah dilakukan untuk harapan mereka. Namun naas sampai suatu saat pun belum ada titik terang untuk masalah ini. Angelpun pasrah, ia tidak tau harus berbuat apalagi karena usaha yang dilakukannya sia-sia. Keadaan dimana orang tuanya yang terus-menerus mendesak agar ia pindah dari sekolah ini. Ditambah lagi ayahnya yang sudah seperti tidak menganggap Angel sebagai anaknya lagi. Terbukti dengan panggilan yang tidak pantas seperti tidak mengenal siapa Angel.
Akhirnya dengan keadaan itu, Angel tidak ingin membantah orang tuanya dan menjadi anak yang durhaka sehingga ia telah ikhlas dengan semua yang akan dilakukan oleh orang tuanya, apapun itu. Sampai pada suatu saat, akhirnya ia telah dipastikan pindah dan tidak akan bersekolah di sini lagi bersama kami. Meskipun kami sangat terpukul oleh keadaan ini, begitupun juga Angel. Kami menangis bersama hingga air mata tidak mampu mengalir lagi. Diiringi oleh tangisan dari langit yang mengalir deras kami menangis sambil mengenang kenangan ya telah kami lalui selama setahun ini. Berat bagi kami menerima kenyataan, sungguh tidak dipercaya bahwa Angel, salah satu bagian dari kami kini akan pergi. Jika ada yang dapat kami lakukan untuknya, pasti akan kami lakukan. Namun semua sudah terlambat, bagaimanapun ia harus mematuhi kedua orang tuanya. Sehingga kami pasrah dan mengikhlaskan kepergiannya meskipun itu sulit bagi kami. Terlalu banyak memori yang tercipta terlalu indah.
Tidak banyak yang dapat kami lakukan untuknya, kami hanya dapat berdoa agar Angel dapat melalui kehidupan baru di sekolah yang baru pula, dengan lebih baik lagi. Semoga dengan cara ini dia dapat berubah menjadi pribadi yang diinginkan oleh orang tuanya dan dapat menjadi kebanggaan bagi mereka. Meskipun kami sedikit takut dengan apa yang dijalani Angel saat ini membuat dia semakin tertekan keadaan. Dalam keadaan yang seperti ini aku yakin ia hanya ingin melakukan semua yang diinginkan oleh orang tuanya meskipun ia harus menanggalkan cita-citanya. Sungguh mengenaskan memang, namun apa yang dapat dikatakan lagi semua ini adalah jalan yang telah dipilih untuknya. Aku hanya dapat berdoa yang terbaik untuknya. Selamat jalan sahabat terbaikku.
Dari pengalaman ini menjadi suatu pelajaran tersendiri untukku. Setidaknya kita sebagai anak memang harus patuh terhadap orang tua, tapi sebagai orang tuapun tidak harus semena-mena mengatur hidup seorang anak. Kami punya kehidupan sendiri dan kami sudah cukup besar untuk mengambil keputusan untuk diri kami, hargailah kami. Kami tau kami tidak akan ada tanpa kalian, namun kalian juga harus tau bahwa kami juga manusia seperti kalian yang berhak menentukan pilihan untuk kami dan kami juga butuh kalian untuk selalu di samping kami guna mengarahkan kami kemana harus berjalan. Karena apapun yang kami lakukan, kami tau bahwa ini baik ataupun buruk untuk kami, tapi semua itu kami lakukan untuk kalian, hanya untuk kalian.